Sabtu, 26 Maret 2011

ZIONIS YAHUDI MELEDAKKAN NUKLIR

ZIONIS YAHUDI MELEDAKKAN NUKLIR DI KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA – INDONESIA
Hak cipta Joe Vialls, 21 September 2004 (diperbaharui 24 September 2004)
Diterjemahkan oleh Hudar Ibn Yatim, 29 September 2004
Untuk pertama kalinya, dalam laporan ini diperlihatkan bagaimana sebuah mikro nuklir bawah permukaan (sub-surface micro nuke) meledak dalam waktu sebenarnya yang terekam dalam video keamanan. Bersabarlah dengan pernyataan-pernyataan para petugas Amerika dan Australia tentang pengeboman di Kedutaan Besar Australia – Indoneisa beberapa waktu yang lalu, yang isinya tidak lain adalah sebuah kebohongan yang keji. Ingat, kamera tidak dapat berbohong.


Dalam setiap lima puluh tahun sekali atau lebih, sebuah peristiwa penting yang terjadi selalu memiliki peluang untuk melahirkan seribu kebohongan yg muncul mendahuluinya. Pada tanggal 9 September 2004 jam 10.31 am waktu setempat (Jakarta), peristiwa seperti itu terjadi: Sebuah perangkat bom mikro-nuklir milik Israel yang didatangkan dari Dimona di gurun Negev, yang ditanam 9 kaki di bawah permukaan jalan dalam saluran (gorong-gorong) yang terdapat diluar pintu gerbang Kedutaan Besar Australia - Jakarta, Indonesia. Tapi apa yang tidak diketahui oleh para perancang ledakan ini, dan yang tidak diungkapkan seluruhnya oleh para petugas keamanan Indonesia 48 jam setelah kejadian itu adalah bahwa kekejian luarbiasa Zionis ini direkam secara langsung dalam komposisi warna yang sangat jelas oleh sebuah kamera keamanan khusus (yang terdapat di beberapa gedung di dekat Kedubes Australia).
Apakah ini artinya pemerintah Indonesia terlibat dalam pembunuhan serampangan terhadap warganegaranya sendiri? Sebagai bagian dari garis panjang aspirasi mutakhir AS tentang “Tatanan Dunia Baru”? Tidak! tentu saja tidak, tapi kenyataannya sudah terjadi dua kali ledakan mikro-nuklir sebelumnya di sebuah klub malam di Pantai Kuta Bali dan di Hotel JW Marriott Jakarta, hampir 99% orang-orang Indonesia percaya bahwa negara Muslim mereka sekali lagi dijadikan sasaran serangan teroris oleh organisasi-organisasi “Al-Qaeda” dan “Jemaah Islamiah”, yang sesungguhnya merupakan kelompok-kelompok fiktif (rekaan) yang sengaja diciptakan oleh Zionis Israel sebagai kambing hitam bagi aksi-aksi teror mereka.
Sedikitnya 500 unit kamera video pengawas khusus secara rahasia telah diimpor dari Jepang, dan kemudian secara strategis ditempatkan di dekat lokasi-lokasi yang dianggap memiliki kemungkinan untuk diserang oleh teroris yang ditujukan untuk bisa memancing kemarahan orang-orang Barat secara luarbiasa, seandainya tiba-tiba tempat-tempat itu diserang oleh sekelompok orang yg mewakili “Teroris Muslim”. Walaupun jumlah keseluruhan sebenarnya dari kamera-kamera yang digunakan para petugas keamanan Indonesia masih dirahasiakan, namun sudah cukup luas diketahui bahwa kamera-kamera tersembunyi tersebut saat ini mengawasi dengan ketat Kedubes-Kedubes Amerika Serikat, Australia dan Inggris, bank-bank, hotel-hotel, dan institusi-institusi penting lainnya di seluruh Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.
Meskipun serangan teror terbaru yang dilakukan atas mandat dari Zionis ini terjadi 8000 mil dari Amerika Serikat dan Eropa, namun ia akan menjadi sebuah kesalahan besar bagi orang-orang AS dan Eropa jika mereka percaya bahwa pengaruhnya hanyalah kecil dan sama sekali tidak akan mampu menghancurkan ide bohong “Tatanan Dunia Baru” mereka, sebab ia bisa dan memang akan terjadi.
Bukti yang sulit diterima adalah bukti yg kuat, dan ini adalah bukti spesifik bahwa kelompok Zionis Baru (New Zion) dengan sengaja menyerang warga Australia di Jakarta, yg sebenarnya merupakan subordinat mereka sendiri, bukti ini juga menekankan dan membuktikan agenda besar mereka untuk meruntuhkan negara-negara Muslim dan kemudian mencuri cadangan minyak mereka dengan jalan melakukan operasi-operasi teroris untuk mengkambinghitamkan kelompok-kelompok Muslim. Maksud dari semua ini tidak lain adalah secara langsung berhubungan dengan moto busuk Zionis Yahudi yang dimiliki oleh agen-agen Mossad Israel: “kee betachbulot ta’ase lecha milchama”, yg berarti, “dengan terorisme secara sembunyi-sembunyi (klandestin) kita akan ciptakan perang”.
Serangan mikro-nuklir di Jakarta baru-baru ini akan kita telaah dalam bagian berikutnya dari laporan ini, tapi sebelumnya kita perlu melihat dari dekat secara seksama bagaimana Australia dianggap dan dimanfaatkan oleh New York (AS), sebab sebagian besar rakyat AS dan Eropa tetap merasa bahagia dan tidak sadar betapa pentingnya wilayah luas ini (Australia) secara sungguh-sungguh, selain hanya sebagai tempat percobaan mereka saja. ketika pemimpin tatanan dunia baru (Bush) yang ceroboh ingin menguji skema rekayasa sosial barunya, yang berawal dari penipuan melalui media, sampai pada pengawasan senjata terhadap mereka yang dianggap sebagai teroris yang berada dalam negara-negara yang berdaulat di sekitar mereka, dan Australia mereka anggap tidak lebih sebagai penyedia babi-babi percobaan dan penyumbang logistik bagi mereka.
Sekarang ini di Australia, kaki-tangan utama Zionis terdiri dari Perdana Menteri John Howard, Menteri Luar Negeri Alexander Downer dan Komisaris Polisi Federal Australia Mick Keelty yang berkhayal dan bergaya layaknya seperti seorang Direktur FBI. Mereka sedikitpun tidak mewakili orang-orang Australia pada umumnya, dan mereka sebenarnya sama saja seperti budak yg mematuhi perintah-perintah yg diberikan oleh tuannya duta besar-duta besar AS dan Israel, sebuah kepatuhan yang memberikan jaminan bagi berjalannya operasi-operasi rahasia Zionis di kawasan Selatan tanpa halangan seperti halnya putaran jarum jam.

Motif dari serangan khusus “Teroris Muslim” tiruan (palsu) ini sebenarnya sudah cukup jelas. Australia dan AS akan mengadakan pemilihan umum dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, demikian pula halnya dengan Inggris yang juga akan melaksanakan kegiatan yang sama dalam waktu tidak lama sesudahnya. Ketiga pemimpin negara-negara tersebut (AS-Australia-Inggris) adalah orang-orang yang memiliki dasar kebijakan politik yang sama terhadap “Perang di Irak” dan “Perang Melawan Teror”.
Kira-kira setahun yang lalu, Bush, Blair dan Howard mengumumkan sebuah kemenangan mutlak melawan apa yang mereka sebut sebagai “Setan” Saddam Hussein dan Irak pada umumnya. Sementara kenyataan yang terjadi saat ini di Irak, tentara-tentara AS, Inggris dan Australia menghadapi lebih dari 600 kali serangan anti-pendudukan setiap bulannya, yang dilakukan oleh satuan-satuan yang memiliki keahlian bertempur cukup baik yang berasal dari mantan tentara Garda Republik dan rakyat Irak pada umumnya, sedangkan moral pasukan koalisi AS kian hari semakin memburuk. Tidak akan lama lagi masanya untuk menyombongkan diri atas kemenangan invasi ilegal terhadap Irak ini, karena sebagian besar publik ketiga negara tersebut sudah mengetahui bahwa mereka sebenarnya tidak memenangkan apapun dari perang itu, dan suatu saat nanti, segera akan terjadi sebuah penarikan mundur besar-besaran pasukan koalisi AS dari Irak yang akan mengingatkan kita kembali pada peristiwa di Vietnam.           
Setelah muncul sebagai sebuah sejarah politik pada tahun 2003, isu Irak sekarang telah berubah menjadi sebuah kebohongan politik yang sangat menyolok, dan kemudian dibuat menjadi lebih buruk oleh Bush, Blair dan Howard ketika mereka secara terus menerus menghubungkan Irak dengan dongeng tentang “Al-Qaeda”, yang tidak lain adalah karya fiktif dari komplotan rahasia Zionis yang memang kreatif. Pengaitan isu Irak dengan Al-Qaeda ini telah menghasilkan sebuah peristiwa memalukan bagi mereka, karena sebagian besar publik Barat sekarang sudah menyadari sepenuhnya bahwa istilah tersebut diciptakan secara spesifik hanya untuk menakut-nakuti dan mengendalikan mereka, terutama melalui perundang-undangan anti-teroris baru (New Draconian). Karena itulah selanjutnya fiksi tentang “Perang Melawan Teror” telah menjadi sebuah kebohongan politik yang nyata, dan isu ini tidak dapat digunakan lagi secara efektif sebagai isu utama dalam pemilu nasional ketiga negara ini.
Jadi berikutnya sudah jelas, sebuah elemen baru dan lebih simpang siur dari sekedar “Perang Melawan Teror” harus dimunculkan bagi sebuah jalan yang diharapkan akan dapat membuat publik percaya akan keberadaan Terorisme Islam, yang berarti penebaran dan penggunaan kembali istilah “Jemaah Islamiah” Asia Tenggara, yang beberapa waktu sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam daftar kelompok teroris setelah peristiwa bom mikro-nuklir Dimona di Pantai Kuta Bali , dan Hotel Marriot Jakarta. Jika kelompok rekaan dari Teroris Muslim tiruan yang mereka buat ini dapat melakukan sebuah serangan ketiga di dalam kawasan Indonesia sebelum pemilu di AS, Inggris dan Australia, maka Bush, Blair dan Howard berharap akan dapat kembali masuk pada jalur favorit mereka yang bertemakan “Perang Melawan Teror”.


Dari permulaan kampanye mereka menghancurkan warga sipil Barat, komplotan Zionis Israel telah menghadapi kecaman dan kecurigaan dari berbagai pihak, kebanyakan hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa adalah suatu kemustahilan secara teknis serangan-serangan teroris tiruan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim, yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nuklir dan peralatan nuklir.
Meskipun unsur bahan peledak kimia dapat menghasilkan kerusakan dan bahkan kematian pada jarak dekat dari gelombang ledakan yang dihasilkannya, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa diperlukan sejumlah besar kepingan-kepingan peluru meriam berkecepatan tinggi untuk bisa menghasilkan kerusakan dan kematian pada jarak sedang dan jarak jauh. Karena itu jalan yang paling mudah untuk menghasilkan efek yang cukup luas ini adalah dengan menempatkan bahan peledak kimia atau nuklir di bawah permukaan tanah seperti di dalam lubang saluran atau gorong-gorong bawah tanah, sehingga ketika terjadi ledakan, lapisan tanah dan jalan yang berada di atasnya akan terlempar keatas dan kearah sekitarnya seperti halnya pecahan peluru meriam. Sayangnya terdapat sebuah kelemahan dari ledakan jenis ini, yaitu ledakan tersebut akan meninggalkan sebuah kawah yang dapat dilihat dengan sangat jelas.
Kekuatan relatif dari berbagai perangkat bahan peledak kimia dan nuklir sangat rumit untuk dijelaskan, dan untungnya saya tidak perlu untuk menjelaskannya secara detil dalam laporan ini. Pada tahun 2002 saya telah menulis sebuah laporan menyeluruh tentang pengeboman di Kuta Bali dan kemudian diikuti pula dengan laporan kedua tentang pengeboman mikro-nuklir di Hotel Marriot Jakarta. Karena itu bagi para pembaca yang berminat untuk mempelajari lebih jauh tentang bahan peledak dan sifat-sifatnya, mereka bisa mendapatkannya dalam laporan-laporan tersebut. 
Bahkan setelah 2 filem palsu yang berusaha membuktikan tentang keberadaan kawah akibat ledakan bom mobil dibuat di Australia, dan kemudian disebarkan ke seluruh dunia untuk meyakinkan publik yang masih ragu-ragu (skeptis) tentang bom mobil, komplotan rahasia Zionis tetap menyadari bahwa masih terdapat sebuah masalah besar terkait akan hal ini. Karena itulah, setelah terjadinya ledakan bom mikro-nuklir ke-3 di depan Kedubes Australia di Jakarta, para editor media barat diperintahkan oleh agen-agen Zionis untuk tidak memperlihatkan satu gambar apapun tentang keberadaan kawah bekas ledakan bom tersebut. Namun demikian pada laporan ini kami berhasil mendapatkan sebuah gambar kawah bekas ledakan itu yang hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber militer dan bukan dari kalangan media (lihat kawah bekas ledakan di depan Kedubes Australia pada gambar ke-3 di atas, yang segera ditutupi oleh petugas keamanan sesaat sesudah ledakan).
Cepat atau lambat kebohongan tentang “sebuah ledakan bom mobil menghasilkan kawah” akan segera kita ungkap disini, dengan bantuan beberapa potongan gambar rekaman kamera latihan peledakan bom mobil yang dilakukan oleh pasukan khusus AS di Louisiana. Dua buah truk kecil dimuati dengan 1.000 pon bom ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil), kemudian diledakkan dan direkam dengan sebuah kamera berkecepatan tinggi. Perhatikan dengan seksama bahwa 1.000 pon bom ANFO adalah lebih dari dua kali lipat berat 200 kg bom Potassium Chlorat yang diklaim oleh Komisaris Polisi Federal Australia Mick Keelty sebagai bom mobil yang meledak di depan Kedubes Australia - Jakarta, dan ANFO memiliki kecepatan ledakan hampir 10.000 ft/s, atau kira-kira sama dengan tiga kali lipat kecepatan ledakan bom Potassium Chlorat yang hanya memiliki kecepatan sekitar 3.200 ft/s.
           
Berdasarkan parameter-parameter inilah, dan dengan asumsi bahwa Keelty bukanlah seorang pembohong yang tidak tahu malu, bom ANFO pasukan khusus AS tersebut seharusnya akan meninggalkan kawah bekas ledakan yang tiga sampai enam kali lebih besar dari kawah bekas ledakan yang terjadi di depan Kedubes Australia - Jakarta, yang jika diukur akan mempunyai diameter 18 kaki dengan kedalaman 9 kaki 6 inci. Dengan teori seperti ini, dapatkah anda bayangkan berapa besarnya lubang kawah yang dibuat oleh bom ANFO ini dipermukaan bumi?


Meskipun semua pemimpin negara-negara Barat yang berada di bawah kendali Zionis yang sering anda lihat di televisi bersumpah bahwa segerombolan Muslim fanatik adalah satu-satunya kelompok yang bertanggungjawab terhadap serangan kepada anda dan anak-anak anda, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin dan Aslanbek Aslakhanov --Penasehat Putin untuk urusan kawasan Kaukasia Utara, tidak memiliki pandangan yang sama tentang hal itu. Dalam sebuah pernyataan mengejutkan yang tidak dipublikasikan oleh media-media Barat yang memang berada dalam kendali Zionis, Putin bersumpah akan memburu “Teroris-Teroris Internasional” yang bertanggungjawab dalam pembunuhan anak-anak Rusia di sebuah Sekolah di Beslan, sehingga menjadi agak jelas sekarang siapa sebenarnya dianggap Putin sebagai Teroris Internasional (baca: komplotan Zionis).
Presiden Putin, salah seorang ketua dan pendiri dinas intelejen KGB, mengatakan bahwa, “Pembunuhan besar-besaran di sekolah Beslan menunjukkan bahwa terdapat sekelompok orang-orang Barat yang ingin melemahkan Rusia, seperti halnya Romawi ingin menghancurkan generasi Charthaginian.” Karena itu Putin kemudian dengan tegas menyatakan bahwa AS dan Inggris, belum merasa puas telah mengalahkan Rusia dalam perang dingin, sekarang mereka ingin melanjutkannya dengan memecah-belah dan menghancurkan secara total kedamaian generasi Chartaginian Rusia, seperti halnya yang dilakukan oleh bangsa Romawi pada Perang Punic tahun 146 sebelum Masehi, dimana pada saat itu mereka membanjiri tanah-tanah pertanian orang-orang Chartaginian dengan garam sehingga tidak ada satupun tanaman yang bisa tumbuh di sana dalam waktu yang cukup lama.
“Tidak terdapat hubungan antara kebijakan Rusia di Chechnya dan penyanderaan di Beslan,” kata Putin, ini berarti para teroris itu sengaja menggunakan situasi di Chechnya sebagai dalih untuk menyerang Rusia. Pada sebuah versi singkat yang dimuat di koran Le Monde di Prancis, Putin menyatakan: “Tujuan dari Terorisme Internasional, yang didukung baik secara terbuka ataupun secara samar-samar oleh negara-negara Barat, adalah untuk melemahkan Rusia dari dalam dengan cara menghancurkan perekonomian Rusia, menghasut munculnya disintegrasi melalui propaganda separatis di wilayah Kaukasia, dan transformasi wilayah itu ke tingkat paling bawah guna menciptakan aksi lebih jauh yang diarahkan pada Federasi Rusia.”
Ibarat menuangkan minyak ke dalam api politik yang sudah terbakar, Aslanbek Aslakhanov menambahkan bahwa para Teroris Internasional yang beraksi di Rusia menerima perintah dari luarnegeri. “Orang-orang ini melakukan percakapan tidak dalam bahasa Rusia tapi dengan bahasa negara lain. Mereka dikendalikan oleh “sesuatu”. “Rekan-rekan” kami ini telah bekerja selama beberapa dekade, saya menganggap, bahwa mereka bermaksud untuk memotong-motong Rusia. Mereka melakukan sebuah pekerjaan besar, benar-benar sebuah pekerjaan Titanic. Sungguh jelas sekali bahwa orang-orang ini datang sebagai boneka-boneka dan membiayai teror-teror terhadap kami.” Aslakhanov berada di lokasi penyanderaan selama berlangsungnya tragedi itu, dan ia juga melakukan kontak dengan komplotan penyandera itu melalui telpon. “Mereka bukanlah orang-orang Chechen (baca: Chechnya). Ketika saya bicara dalam bahasa Chechen dengan mereka, mereka mengatakan tidak dapat mengerti satu kata pun dari bahasa itu.”
Jika hari ini anda bertanya kepada Putin, Aslakhanov atau agen-agen KGB manapun tentang apakah mereka percaya bahwa “Jemaah Islamiah” adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam peledakan bom di Kedubes Australia - Jakarta, mereka mungkin akan menatap anda dengan pandangan kosong terheran-heran. Seluruh staf senior Rusia tahu betul bagaimana bentuk tanda-tanda yang ditinggalkan oleh sebuah ledakan bom nuklir, dan mereka sudah mengetahui bahwa sisa radiasi yang terdapat dalam kawah bekas ledakan bom di Kedubes Australia itu mengandung unsur Alpha. Sekarang semuanya menjadi lebih sederhana, bahwa bom di luar Kedubes Australia Jakarta diletakkan dan diledakkan dari jarak jauh oleh apa yang sebut oleh orang-orang Rusia sebagai “Teroris Internasional”.

Itu merupakan pilihannya, tentu saja, dan mungkin Mr. Keelty sedang mencoba untuk bersikap suka menolong, meskipun kenyataannya dia tidak bisa berbicara dalam bahasa Rusia dan tidak memiliki pengetahuan personal terhadap area yang asing baginya itu. Seandainya terjadi, KGB dengan tidak sengaja menginterpretasikan pernyataannya itu dengan cara yang keliru, maka sebaiknya Komisaris Polisi yang satu ini menjaga dirinya agar tetap berada jauh-jauh dari payung, dan tidak menerima minuman dari orang asing manapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar